Friday, 16 December 2016

Renungan untuk Ibuku...


Entah siapa penulisnya... tp bagus utk direnungkan:


RENUNGAN
Beda: Aku dan Ibuku
😢😢😢😢😢😢
Ibuku luar biasa, dia sangat berbeda denganku. Setiap jumpa dan kemudian berpisah ibuku selalu berkata "maaf ibu tidak bisa memberi apa-apa kecuali doa." Ucapan ini terkadang menamparku. Ibuku yang sudah begitu banyak memberi pengorbanan, perhatian dan rasa cinta yang tiada tara masih berkata "maaf ibu tidak bisa memberi apa-apa."

Sementara aku, hanya cium tangan, memberi rupiah yang tak lebih dari 10 persen penghasilanku sudah merasa menjadi anak yang berbakti. Ibuku tak merasa banyak berbuat kepadaku padahal kebaikan kepadaku amat sulit untuk dihitung. Sementara aku sudah merasa menjadi anak yang taat dan hebat hanya dengan sekelumit kebaikanku. Oh, betapa mulianya ibuku dan betapa naifnya diriku.

Bila aku sakit, ibuku rela menempuh perjalanan ratusan kilometer dan menyeberangi lautan hanya sekedar ingin menciumku. Sementara bila ibuku sakit, aku hanya mengangkat telepon untuk berkata "maaf, aku tak bisa menemani ibu." Oh betapa bedanya aku dengan ibuku. Ia segera meninggalkan semua kesibukannya hanya untuk jumpa dengan anaknya. Sementara aku selalu beralasan sibuk untuk bisa menemaninya saat ia berbaring lemah karena rasa sakitnya.

Saat aku sekolah dan kuliah, ibuku rela datang meminjam hutang walau mungkin mendapat cacian dari yang punya uang. Tetapi kini aku tega-teganya berkata "maaf ibu, saya belum bisa banyak membantu, aku masih harus mengembangkan bisnis dan keluargaku." Saat seperti ini ibuku hanya berkata "ibu bahagia bila melihat kamu dan keluargamu bahagia." Oh ibu, aku semakin malu.

Tadi malam, sebelum tidur aku menangis, betapa baktiku kepada ibuku belum seberapa. Dalam gelisahku, kukirimkan doa untuk ibuku "Ya Allah jaga ibuku, muliakan ibuku, beri ia tempat terhormat di dunia dan berikan ia mahkota terindah di surga-Mu kelak." Ah, betapa hinanya aku, karena hanya bisa menangis dan mengirimkan doa di usiaku yang semakin tua.
Itu bedaku dengan ibuku. Apa bedamu dengan ibu.
Ya Allah... Berikanlah keberkahan umur tuk kedua orang tuaku, mudahkanlah segala urusannya, berkahkankah rizkinya dan selalu jaga dan lindungi mereka ya Allah...  Aamiiin...






Sunday, 4 December 2016

ENGKAULAH SUAMI YANG TAK TAHU BALAS BUDI

ENGKAULAH SUAMI YANG TAK TAHU BALAS BUDI
Oleh: Rahmat Idris








“SUNGGUH aku tidak mampu bersabar lagi dengan sikapmu suamiku. Sudah 4 tahun kita menikah, empat tahun pula sikapmu tidak pernah berubah terhadapku bila ibumu berada di sekitar kita,” ucap seorang istri menumpahkan rasa gundahnya kepada sang suami di suatu malam.
Mereka baru saja pulang dari rumah sang mertua dan mendapati betapa kehadirannya diacuhkan oleh suaminya sama persis dengan yang dilakukan seumur pernikahannya.
“Ada apa istriku? Sikap apa yang kulakukan hingga engkau terlihat sedih dan gundah serta membenciku?” tanya sang suami.
“Jangan pura-pura tidak tahu. Sudah empat tahun kita menikah, tidak pernah sekalipun engkau mengizinkanku memasak bila ibu atau ayahmu berada di dekat kita. Bila ibumu datang, engkau berpesan bawalah makanan dari rumah karena engkau merindukan masakan ibumu. Bila kita berkunjung kesana, engkau pun berpesan kepadaku agar tidak memasak kecuali apa-apa yang di minta bantu oleh ibumu. Namun lihatlah! Bila ibumu dan ayahmu tidak berada di sampingmu, engkau selalu merengek meminta dimasakkan makanan kesukaanimu. Padahal engkau tahu aku hanya memasak demimu saja, karena aku tidak menyukai masakan yang engkau sukai. Aku tidak suka ikan, aku juga tidak suka dengan sayur kegemaranmu. Lalu mengapa engkau terkesan menganggap aku tidak pantas memasak untukmu juga ketika ibumu dan ayahmu berada di sekitarku?”
“Aku tidak bermaksud seperti itu istriku. Sungguh aku sangat bersyukur kepada Allah dan berterimakasih dengan kebaikanmu. Dan engkau dapat temukan aku adalah suami yang tidak pernah memburukkanmu di depan kedua orangtuaku.”
“Lalu mengapa engkau bersikap seolah-olah aku tidak ada ketika ibumu ada?”
Sang suami menarik nafas panjang. Diam dan memilih tidak melanjutkan percakapan ini.
“Demi Allah, kalau engkau tidak menjawab apa maksud perbuatanmu, maka aku akan mengadukan prilakumu kepada Allah!”
“Wahai istriku, sungguh aku tidak ingin mengatakan sebab aku selalu menahanmu memasak ketika ibu dan ayahku berada di sisiku. Namun bila engkau sudah berniat mendengarnya maka ketahuilah aku melakukannya karena menyayangimu.”
“Menyayangiku bagaimana? Engkau malah menampakkan kesan seolah-olah aku tidak pantas memasak untukmu dan kedua orangtuamu.”
“Bukan itu maksud yang sebenarnya. Namun ketahuilah aku menyayangimu dan berusaha menyelamatkanmu dari prasangka buruk.”
“Prasangka buruk yang mana lagi? Aku dekat dengan ibumu selayak aku dekat dengan ibuku sendiri. Malah dengan tidak mengizinkan aku memasak demimu dan mereka aku terkesan seorang istri yang manja.”
“Baiklah, bila engkau memaksa tahu. Sebenarnya aku sangat bersyukur dan berterimakasih engkau telah rela memasak demiku setiap harinya. Masakan yang engkau tidak pernah memakannya karena engkau sendiri tidak terbiasa memakannya. Setiap engkau melihat ikan segar, engkau menjadi mual, namun engkau paksakan juga menyiapkannya untuk dimasak karena engkau menyayangiku.”
“Setiap engkau memasaknya, akupun memakannya hingga tidak bersisa. Namun ketahuilah sayang, sebagaimana engkau sabar dengan keinginanku akan masakan tersebut, aku juga sebenarnya juga sering bersabar dengan masakanmu.”
“Sungguh, masakanmu kerap tidak berasa kuahnya, tidak matang dagingnya, tidak meresap bumbunya. Namun aku tahu betapa besar pengorbananmu dalam memasaknya. Maka tidak pernah sekalipun aku berusaha mengatakan kekurangan itu padamu. Sebab walaupun aku mengatakannya, engkau tidak dapat merasakannya karena engkau sulit mencicipinya.”
“Aku semestinya bersyukur sekaligus bersabar dengan masakanmu sebagaimana engkau bersyukur dan bersabar dengan keinginanku.”
“Namun hal ini menjadi lain bila ibu berada disampingku. Aku ingin menjaga prasangka ibu kepadamu agar selalu dalam kebaikan. Aku membayangkan bagaimana reaksi ibu bila mencicipi masakanmu. Mungkin beliau akan terkejut lalu menasehatimu. Namun engkau akan merasa perkataan ibu tidak masuk akal karena selama ini aku memakan masakanmu tanpa pernah sekalipun berkeluh kesah. Maka boleh jadi engkau akan memprasangkai ibu dan ibu pun mengira engkau tidak tulus dalam memasak untukku.”
“Maka aku mencari jalan alternatif yang sama-sama membahagiakan. Ibu sangat bahagia bila aku meminta beliau memasak kepadaku. Ibu manapun akan senang diminta masak oleh anaknya. Termasuk ibuku. Itu bentuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.”
“Engkau juga terbebas dari segala macam prasangka. Ibu tidak akan berprasangka buruk atas masakanmu tidaklah karena aku memintanya sendiri tanpa mengeluhkan masakanmu. Aku berusaha menyelamatkanmu dan menyelamatkan ibu. Kedua perempuan yang sangat berharga dalam hidupku.”
“Maka bila engkau menganggap perbuatanku telah menyakitimu, sungguh-sungguh aku meminta maaf. Dan janganlah engkau mengadukan aku kepada Rabbku karena cukuplah kesabaranmu melayaniku menjadi alasanku untuk ridha denganmu dan cukuplah sabarku atas masakanmu sebagai alasanmu untuk terus mencintaiku.”
Maka di dalam keluarga yang dilandaskan dengan ilmu dan akhlak mulia, selalu saja ada alasan untuk merekatkan keindahan amal walaupun dihadapkan dengan hajat yang tidak tersampai maksudnya, ataupun prasangka buruk disebabkan sesuatu hikmah yang belum tersibak kebenarannya. []

Thursday, 18 August 2016

Hasil KSM Provinsi Jawa Tengah 2016

Alhamdulillah ... dalam ajang Lomba Kompetisi Sains Madrasah (KSM), salah satu lomba bergengsi yang diadakan oleh Kementerian Agama yang pada tahun 2016 KSM tingkat Provinsi dilaksanakan di Cilacap, anak-anak MA Nuril Huda berhasil mengirimkan 2 dutanya, yakni Nur Qomari mapel Geografi, dan Sutrisno mapel Ekonomi. Dalam kegiatan ini mereka belum bisa pulang membawa piala, tapi paling tidak mereka telah membuktikan bahwa MA Nuril Huda Tawangharjo mampu bersaing dengan 35 MA, baik Negeri maupun Swasta se-Provinsi Jawa Tengah. untuk hasil lengkalomba KSM Tk Provinsi di Cilacap bisa di lihat dibawah ini !!





Tuesday, 14 June 2016

Anakmu Mengenalkan Siapa Dirimu

Bacaaan menarik untuk para AYAH & IBU :
Komunitas Pejuang Keluarga
ANAKMU MENGENALKAN SIAPA DIRIMU
Daftar berikut ini tak sepenuhnya benar, kadang faktor lingkungan dan hal lain juga ikut mempengaruhi. Tapi Anda bisa menjadikannya sebagai bahan introspeksi untuk senantiasa memperbaiki kualitas pendidikan terhadap anak.
1. Jika anakmu BERBOHONG, itu karena
engkau MENGHUKUMNYA terlalu BERAT.
2. Jika anakmu TIDAK PERCAYA DIRI, itu karena
engkau TIDAK MEMBERI dia SEMANGAT
3. Jika anakmu KURANG BERBICARA, itu karena
engkau TIDAK MENGAJAKNYA BERBICARA
4. Jika anakmu MENCURI, itu karena
engkau TIDAK MENGAJARINYA MEMBERI.
5. Jika anakmu PENGECUT, itu karena
engkau selalu MEMBELANYA.
6. Jika anakmu TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN, itu karena
engkau BERBICARA TERLALU KERAS KEPADANYA.
7. Jika anakmu MARAH, itu karena
engkau KURANG MEMUJINYA.
8. Jika anakmu SUKA BERBICARA PEDAS, itu karena
engkau TIDAK BERBAGI DENGANNYA.
9. Jika anakmu MENGASARI ORANG LAIN, itu karena
engkau SUKA MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAPNYA.
10. Jika anakmu LEMAH, itu karena
engkau SUKA MENGANCAMNYA.
11. Jika anakmu CEMBURU, itu karena
engkau MENELANTARKANNYA.
12. Jika anakmu MENGANGGUMU, itu karena
engkau KURANG MENCIUM & MEMELUKNYA
13. Jika anakmu TIDAK MEMATUHIMU, itu karena
engkau MENUNTUT TERLALU BANYAK padanya.
14. Jika anakmu TERTUTUP, itu karena
engkau TERLALU SIBUK.

Monday, 13 June 2016

Kisah balas dendam pada Nabi yg menyentuh hati

Sudah beberapa kali baca ini tapi tidak pernah bosan

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal.

Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi.  beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.

Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yang layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yang layak disembah."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama *UKASYAH,* seorang sahabat *mantan preman* sebelum masuk Islam, dia berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. 

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah. 

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen. 

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya, 

Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. 

Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. 

Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah SAW dengan senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja kita menangis. 

Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah...

Sunday, 12 June 2016

Prestasi MA NH di KSM MA 2016

Selamat atas prestasi membanggakan yang telah diraih siswa-siswi MA Nuril Huda pada ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Kabupaten Grobogan tahun 2016 yang berhasil meraih 4 kejuaraan, yakni :
1. Mapel Ekonomi : Sutrisno Juara 1 
2. Mapel Geografi : Nur Qomari Juara 1 
3. Mapel Matematika : Nur Khasanah Juara 3
4. Mapel Kimia : Feriyanto Juara 3
Untuk 2 mapel yang lain, yakni Fisika Juara harapan 2 (Ristiyana Yunita Lestari) dan Biologi peringkat 11 (Efi Listiyana) semoga berkah dan bermanfaat untuk kemajuan Nuril Huda tercinta. Berikut hasil KSM MA Kab. Grobogan Tahun 2016 secara lengkap.


Prestasi MA NH di KSM MA 2014

Selamat atas prestasi membanggakan yang telah diraih siswa-siswi MA Nuril Huda pada ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Kabupaten Grobogan tahun 2014 yang berhasil meraih 3 kejuaraan, yakni Juara 2 mapel Fisika (Rini Setiawati), dan jura 3 mapel Matematika (Umi Khoeratun N), serta Juara 3 mapel Kimia (Rifatul Saidah). semoga berkah dan bermanfaat untuk kemajuan Nuril Huda tercinta.

Anniversary Cinta Kita

CINTA KITA YANG TIDAK SEMPURNA

Aku ingat hari pertama kita sebagai suami-istri. Aku memandangmu yang masih tertidur. Aku memandangmu dengan segenap keraguan yang masih menguasai diriku. Benarkah kamu yang akan menemani hari-hariku sampai aku tua nanti? Akankah kamu menjadi satu-satunya orang yang kucintai hingga aku mati?

Aku mengambil nafas, memberi jarak pada diriku sendiri, dan membiarkanmu tetap terlelap untuk beberapa saat. Aku berjalan ke luar kamar, mencoba menggambar ulang keyakinan yang pelan-pelan jadi samar. Aku duduk di kursi dekat jendela. Menghitung dan memisahkan impian dari kemungkinan-kemungkinan…

Beberapa saat kemudian, kamu sudah berdiri di pintu kamar. Dengan gaun tidur satin yang tampak masih baru, kamu tersenyum. Rambutmu berantakan. Jika ada hal yang paling tak bisa kukendalikan dari diriku sendiri, barangkali itu adalah tentang membalas senyummu. Entah bagaimana senyummu selalu memiliki kekuatan tersendiri yang bekerja secara misterius di dalam diriku, begitu magis sekaligus puitis…. Tak bisa kutolak.

“Kemarilah!” Ujarku perlahan. Melambaikan tangan.

Kemudian kamu berjalan mendekat. Dalam hati aku menghitung langkah-langkahmu… Langkah pertama, kamu begitu cantik bahkan ketika baru saja bangun dari tidurmu. Langkah kedua, kamu begitu cantik bahkan tanpa gaun, anting-anting, tas tangan, sepatu hak tinggi, atau apapun yang biasa kamu kenakan. Langkah ketiga, kamu begitu cantik meskipun kamu tak menyadarinya. Langkah keempat, kamu begitu cantik bahkan ketika kamu tak memercayainya. Langkah kelima, kamu begitu cantik meski tak ada orang lain yang pernah mengatakannya kepadamu. Lalu kamu duduk di dekatku… Menyenderkan kepalamu di bahuku.

Aku luluh. Aku membelai rambutmu.

Hari itu, hari pertama kita sebagai suami-istri, tanpa kamu tahu kegelisahan dan keraguan-keraguanku, kita habiskan waktu dengan berbagi cerita-cerita yang menyenangkan. Tentang seorang tamu yang berpakaian aneh di pesta perkawinan kita. Tentang orang-orang yang tak kita kenal tetapi terlihat begitu akrab menyalami kita. Tentang segala hal yang layak kita reka ulang dalam ingatan… segala hal yang mungkin kita tertawakan.

Apakah kamu juga gelisah dan ragu waktu itu? Sama sepertiku?

Hari demi hari berlalu. Kita tumbuh menjadi suami istri yang barangkali menyimpan kegelisahan dan keraguan kita masing-masing. Kita menyimpannya baik-baik di dalam diri kita. Kita menutupnya rapat-rapat di bagian tersembunyi dalam perasaan kita. Kita bersikap seolah segalanya biasa saja dan baik-baik saja. Hingga kita sampai pada momen itu…

Pertengkaran pertama.

Aku masih ingat ketika kamu menangis karena tersinggung oleh kata-kataku. Aku mengingatnya dengan jelas. Aku merekam semuanya dengan jelas. “Kamu nggak ngerti perasaanku!” Katamu. “Kamu yang nggak ngerti perasaanku!” Bentakku. Bagaimana kita bisa saling mengerti perasaan kita masing-masing, jika memang ada yang kita sembunyikan dalam diri masing-masing?

Tiba-tiba segala hal tentang hubungan kita menjadi berubah. Kamu ternyata tak selalu terlihat cantik, apalagi saat keluar dari kamar mandi dengan busa pasta gigi yang masih menempel di pipi. Kamu ternyata tak menyukai hobiku. Kamu ternyata menertawakan selera musikku. Kamu ternyata menganggap remeh hal-hal yang kubanggakan. Kita ternyata punya standard-standard peniliaian dan sudut pandang yang berbeda tentang harga, tentang warna, tentang bau, atau apa saja.

Ternyata, cinta kita tidak sempurna.

Namun, kemudian kita menemukan sebuah sofa yang sama-sama kita sukai. Sofa yang begitu pas ketika kita berdua duduk di sana. Kita menemukan candaan-candaan yang bisa membuat kita sama-sama tertawa. Kita menemukan acara televisi atau film-film yang membuat kita bisa menghabiskan malam berdua. Kamu membuatkan mie instant kesukaanku. Aku menyuapimu. Hingga kita mengantuk… dan tertidur.

Keesokan harinya kita sudah siap jalan-jalan. Aku mengemudikan kendaraan dan kamu jadi navigatornya. Kita bernyanyi senpanjang perjalanan. Tetapi, kita juga bertengkar di sepanjang perjalanan. Karena kamu salah membaca peta. Karena aku belok kiri padahal kamu bilang belok kanan. Karena kita berselisih soal di mana kita harus berhenti makan. Karena kamu lupa soal kunci rumah. Karena aku menyetir terlalu kencang dan kamu mengomentari semuanya. Karena kita belum dewasa…

Apakah pernikahan ini keputusan yang benar? Apakah kamu orang yang tepat? Mungkin diam-diam kamu juga pernah memikirkan dua pertanyaan yang sama.

Tetapi kita memilih untuk meneruskan perjalanan. Aku tetap memegang kemudi dan kamu jadi navigatornya. Perlahan aku mulai mengerti bahwa saat kamu mengatakan belok kiri, mungkin sebenarnya itu belok kanan. Lama-lama aku tahu saat aku bertanya “Mau makan di mana?” dan kamu jawab “Terserah” itu sama artinya dengan “Kalau ada sate Pak San kayaknya enak juga.” Dan kita mulai saling menghargai selera makan dan selera musik masing-masing dan memaklumi kemampuan  masing-masing.  Kita mulai menikmati perjalanannya dan memaafkan semua detil-detil tidak sempurna di sekeliling diri kita.

Ternyata, cinta kita menjadi dewasa dengan sendirinya.

Kemudian kita punya anak (meski bukan anak biologis) kemudian kita membuat rumah baru, kemudian kita belajar untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain. Kemudian kita menjadi sepasang manusia yang saling jatuh cinta lagi… Secara lebih sadar. Kemudian kita jadi tahu bahwa cinta bukanlah tetang sesuatu atau seseorang yang kita harap-harapkan, cinta bukanlah sesuatu yang mesti kita terka-terka… Cinta adalah sesuatu atau seseorang yang harus kita terima, cinta adalah sesuatu yang harus kita jalani.

Maka, kini, Sayangku, aku mencintaimu dengan cara ini: Aku mencintaimu dengan cara berhenti mengandaikan semua hal baik yang tak ada pada dirimu dan memaafkan semua hal buruk yang ada pada dirimu.

Dengan begitu aku tak memiliki keraguan-keraguan lagi tentang dirimu. Aku tak memiliki kegelisahan-kegelisahan lagi tentang pernikahan kita. Sebab bersamamu aku memilih untuk menjadi dewasa… Bersamamu, aku memilih untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi setiap harinya.

Demikianlah aku mencintaimu, begitu mencintaimu, meski tak setiap hari…

Selamat ulang tahun pernikahan kita istriku. Demikianlah lampu sudah kuredupkan, musik sudah kupelankan, dan aku berbisik di telingamu: Terima kasih atas segalanya. Terima kasih karena kau telah menjadi dirimu. Terima kasih untuk cinta kita yang tidak sempurna… Yang membuatnya tak tergantikan.

Tarub, 13 Juni 2016

MBS MA Nuril Huda jilid 3



PROGRAM MADRASAH BHAKTI SOSIAL (MBS) II
 MA NURIL HUDA TAWANGHARJO dan MTs NURIL HUDA

"Dari Madrasah untuk Ummah"
"Dari Nuril Huda untuk Bangsa"
"Nuril Huda mendidik siswa jadi lebih bermanfaat"

Hari/tanggal: Kamis, 14 April 2016
Lokasi: Masjid Baitul Muttaqin Dsn Srondong Desa Tarub.
Guru Pembimbing: Bpk K. Burhani dan Bpk Wawan Kusmindar.